It’s About Kairi!

10:04 PM


Intro of My Introduction

Yosh, akhirnya kesampaian juga menulis tentang perkenalan diri walaupun rasanya cukup aneh baru berkenalan di saat sudah ada beberapa konten tulisan di blog :p. Yah, sepertinya tidak apa-apa, lebih baik sekarang dari pada sama sekali tidak.

Oke, langsung saja, namaku.. ehm.. panggil saja aku Kairi (itu panggilan khusus di sosmed maupun di blog, kalau yang sudah kenal di real life boleh-boleh saja panggil dengan nama asli), lahir 12 September 1996 yang bangga jadi bagian dari generasi kelahiran 90an yang mengalami masa kecil bahagia XD.

My Trivial Facts : Suka sekali makanan pedas sejak puberty menginvasi, benci makanan dan minuman apapun yang berbau menyengat (baik itu herbal atau bukan), terkadang ingin jadi pusat perhatian dan kadang juga lebih memilih untuk ‘petak umpet’, terkadang juga merasa selalu tampil beda dari orang sekitar.

My Dream in 2017 : Menerbitkan novel perdana dan menjejakkan kaki di Negeri Sakura.

My Hobby and Interest

Dibandingkan penemuan jati diri, hobi dan minatlah yang paling mudah untuk ditemukan. Sejak SD secara tidak langsung aku sudah mengarahkan diri pada apa yang hingga kini masih digeluti, yaitu game dan menulis.

Bicara soal kesukaan, aku yakin setiap orang pasti memiliki satu hal yang disukai sejak kecil hingga dewasa. Contohnya, seperti temanku yang mengklaim bahwa Harry Potter telah menjadi hal paling everlasting yang disukainya. Dan apabila bicara soal kesukaan yang everlasting, tentu saja aku punya! Yaitu King of Fighters (KoF) series. Aku masih terus menggandrungi dan mengikuti info-infonya, tak peduli pada kenyataan bahwa tak banyak orang di sekitarku yang tahu fighting game itu. Dan sejak mengenal KoF, aku jadi semakin suka mengikuti series dari game itu. Bahkan aku tak pernah bosan memainkannya walau sudah sering menamatkannya sejak SD.

Lalu soal kepenulisan, sejak dulu aku selalu iseng menulis cerpen tentang keseharian di sekolah maupun kisah tentang teman sekelasku. Saat memasuki SMP, aku bahkan pernah mencoba-coba menulis novel yang kutulis tangan di buku tulis kecil walau pada akhirnya tidak tamat. Begitu juga saat SMA, konsep novel yang baru dengan genre berbeda kucoba garap lagi, dan nasibnya sama seperti project sebelumnya. Dan baru di jenjang perkuliahan inilah aku kembali meneguhkan hati untuk menulis lebih serius dan menggarap proyek baru lebih serius pula, ditambah dengan penulisan blog lebih rutin juga.

Pada akhirnya, kedua minat itu berhasil berpadu menjadi satu, membentuk sebuah minat kepenulisan yang sebelumnya sama sekali tak pernah kusentuh, yakni fanfiction. Ya, sejak beberapa bulan lalu aku berhasil menulis fanfic pertama di situs Fanfiction.net, yang tentu saja menceritakan tentang King of Fighters series.

My Passion

“Rencananya nanti kuliah minatnya ke mana?”

“Hm.. pengennya belajar sastra Jepang”

Dua baris percakapan itu bukan diawali saat aku menjelang lulus SMA, tapi justru SMP. Percakapan tersebut berlangsung saat aku menyalami guru kesiswaanku, dan mengantarkan beliau pada pertanyaan itu. Saat itu aku masih asal memutuskan hanya karena menyukai pop-culture Jepang dan sekilas mengenai bahasanya.

Dulu sama sekali belum ada niatan untuk benar-benar mengarah ke pendalaman bahasa dan sastra Jepang, apalagi ketika duduk di SMK jurusan analisis kimia. Aku memang ingin pergi ke negeri itu, akan tetapi hanya ingin bekerja dengan latar belakang ilmu kimia. Namun seiring berjalannya waktu, entah kenapa aku merasa bahwa bidang kimia bukanlah yang selama ini kuinginkan. Dan hati kecil kembali mengumandangkan passion yang sempat menghembus beberapa tahun silam.

Sastra Jepang. Ya, aku ingin mempelajarinya!

Aku menyukai bahasa dan sastra Jepang beserta seisinya. Linguistik, terjemahan, budaya, sastra, aku bisa melahapnya dengan senang hati. Apa yang membuatku sedemikian berambisi pada bidang itu? Simpel saja, kalau sudah cinta pada satu hal, tentu semua orang akan rela melakukan apa saja demi memenuhinya ‘kan?

Hal seputar kejepangan memang tak asal-asalan kujadikan passion karena aku rela mempelajari banyak bidang bila itu berkaitan dengan Jepang. Bagiku, itu seperti berburu harta karun, menggali ilmu pengetahuan seperti menggali tanah dan menemukan kejepangan sebagai peti emasnya. Dan memang, sebaik-baiknya ilmu itu adalah ilmu yang tidak setengah-setengah.

Hingga kini pun aku sedang mengusahakan dan mengorbankan banyak hal demi menjejakkan kaki di Negeri Sakura itu, untuk merasakan bagaimana sensasi dikelilingi bahasa yang selama ini menjadi dasar passion-ku sejak SMP.

My Own Version About 20th

Di antara fenomena tiup lilin yang dilakukan setahun sekali, aku merasa bahwa di usia inilah akan ada banyak perubahan besar pada diri ini. Dari informasi yang kuketahui, usia 20 tahun dianggap sebagai titik awal tantangan hidup yang sebenarnya. Ya, di usia inilah aku mengalami banyak hal. Hidup seakan menuntutku untuk tetap berdiri kokoh meski banyak yang berusaha menumbangkanku. Banyak hal baru berdatangan, baik maupun buruk, yang memotivasi setinggi langit maupun yang menghancurkan sehancur-hancurnya.

Banyak orang yang berkata bahwa pencarian jati diri akan diakhiri saat usia 17 atau 18 tahun. Bagiku, itu bohong besar! Ketika menginjak usia itu, aku masih belum tahu apa yang kuinginkan di masa depan. Aku juga masih abu-abu dalam mengatasi kegalauan yang tiba-tiba melanda. Barulah di usia ke-20, warna abu-abu dalam pikiranku itu mulai terbagi jelas menjadi hitam dan putih yang tegas. Diri yang sudah kepala dua ini mulai mengerti bagaimana cara merancang resolusi hidup yang sederhana meski baru resolusi jangka pendek. Kedua tangan ini baru bisa merancang peta kehidupan beberapa jengkal saja, dalam keadaan tak tahu apa-apa tentang rintangan apa yang tersembunyi di balik jalan itu, dan serangan gerilya apa yang tiba-tiba menghentikan langkahku nanti. Ya, itulah sedikit gambaran mengenai usia ke-20 versiku.

You Might Also Like

1 comments

Like us on Facebook

Flickr Images